Bersahaja

Indahnya Hidup Bersahaja
K.H. Abdullah Gymnastiar


Bismillahirrohmaanirrohiim,

Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun 
kota Jakarta, lebih baik kita
bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya
daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki
keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan
sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita
bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai
diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah membuat kita
berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak
tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya
sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri
sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak
mengetahui apa yang mesti diperbaiki.

Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa
memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang
ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar
memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an,
"Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak
diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang
anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki
diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang
kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dengan
kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau
sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk
bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang
hidup ini menjadi baik.

Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau
bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita
ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi
nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang
hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang
sekarang menyebutnya materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya
terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat
ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia
ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang
kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk
menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi
begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak
goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak
sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’, ia punya mobil tidak
sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai
habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa memiliki
hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di
dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor
yang iri dan dengki jadi minimal.

Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi
kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja
dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi
momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat,
ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak
apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang
penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak
cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan
kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia
tidak punya
apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus.
Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan
terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya
saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah
menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup.
Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan
Allah dan
yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik
Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki
adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah.

Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung
dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat
tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku". Jadi
jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita untuk
mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan.
Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit,
musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak
punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana.
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana,
kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang
terbaik terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang
terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita,
tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.

Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah
ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga
adalah Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa yang pandai mensyukuri
nikmat yang ada", Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut
dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai
mensyukuri yang telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang
yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan
mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu
sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada
orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi
mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat
membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah
jika yang ada tidak kita syukuri.

Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau
hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan.
Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur
nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya.
Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk
yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan
berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap
menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya,
untuk menjaganya dan untuk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor
hati yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu
membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat.
Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi
keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita
terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang
bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau
proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti
kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.

Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang
perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang
bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan
menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin
decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus
hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat
sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati
budaya syukur dengan hidup proporsional. Jangan capai dengan gengsi, hal itu
akan membuat kita
binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah
rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup
proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa
sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun
sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa
beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina
gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah
yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit.
Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta,
jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya
ini akan menjadi mulia.

Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang
bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual
barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam
adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang
terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke
undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami.
Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah.
Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat.
Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak
ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh
Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi
mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk
boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau
merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap
dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti
merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi, jangan
memakai sesuka kita,
takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat
tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau
menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi
harta kita kecuali bertambah dan bertambah.

Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin
oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali
tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita
kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan,
tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa
terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian
kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta
tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah.
Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau
adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual
saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan
mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari
uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan.

Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua
barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai
tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju
lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang
tidak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah
rongsokan,
jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di
rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan
kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita
terjamin. Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita
daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat
tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan
rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan
orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.

Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan
terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi
yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja
babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah
keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita
mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja
niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah
barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati
dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga
kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang
dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang
harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua
pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak
mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung
orang lain tidak.

Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas
tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi
Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia
akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada
adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat.
Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita.
Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang
terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka,
anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang,
membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya
dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk
menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.

Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya
dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan
kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak
mempunyai beban dengan banyaknya barang. Barang yang ada di rumah harus ada
nilai tambahnya,
bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya
untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya
tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang
seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal
kita kreatif
saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya.

Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang
lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah.
Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik
sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang
berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba.
Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita
tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang
mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah
berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.

Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih
membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu
mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa
apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini.

0 comments on Bersahaja :

Post a Comment